Profil Desa Bejiharjo
Desa Bejiharjo terletak di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Desa ini berpenduduk lebih dari 1600 orang dan merupakan desa berkependudukan terbanyak di Kecamatan Karangmojo. Sebagian besar merupakan petani namun banyak pula yang menjadi pengrajin, PNS, maupun Berwiraswasta. Desa ini terdiri atas 20 dusun. Suasana gotong royong dan kerukunan sangat kental didesa ini.
Dengan luas wilayah 2200,94 ha dimana 25% nya merupakan hutan negara, Desa Bejiharjo merupakan desa terbesar dikematan Karangmojo. Kenampakan alam yang dimiliki desa ini sangat menarik.Terdapat sedikitnya 12 goa yang bepotensi sebagai obyek wisata, sungai, serta areal persawahan. Kekayaan ini masih pula delangkapi dengan perkebunan kayu putih dan beberapa situs purbakala yang merupakan cagar budaya. Desa ini juga memiliki khasanah seni budaya dan seni kuliner yang terbilang cukup lengkap. Beberapa sentra kerajinan dapat kita temui didesa ini. Upacara adat dan kesenian rakyat pun sangat beragam. pilihan santapan dan makanan khas yang bervariasi semakin mendukung potensi pariwisata di desa ini.
Desa Bejiharjo merupakan rintisan desa wisata. Sebelumnya, Desa Bejiharjo telah terdaftar secara resmi sebagai desa budaya di kabupaten Gunungkidul bersama dengan 9 desa lainnya. saat ini, beberapa potenlsi wisata telah dikelola secara swadaya oleh masyarakat dengan bimbingan dari dinas pariwisata setempat.
Kawasan Desa Bejiharjo memiliki beberapa potensi obyek wisata yang mampu menarik minat para wisatawan. Potensi-potensi tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :
Goa Pidul adalah salah satu dari gua didaerah Gunungkidul yang dialiri aliran sungai dibawah tanah. Panjang Totalnya 300 m dan lebar rata-ratanya 5-6 m, kedalam air antara 4-7 m, tinggi permukaan air kelangit-langit gua sekitar 4,5 m, waktu tempuh sekitar 20-40 menit. Aliran air didalam goa cukup tenang, sehingga tidak diperlukan ketrampilan yang tinggi untuk menyusurinya dan cocok untuk segala usia. Menurut perkembangan sistem goa, Goa Pindul ini termasuk dalam Goa Stadia Wisata.
Goa Pindul terbagi menjadi 3 zona yaitu zona terang, zona remang, zona gelap abadi.
Dibagian dalam goa terdapat sebuah stalagtit yang sudah menyatu dengan stalagmit sehingga tampak seperti sebuah pilar dengan ukuran lebar lima rentangan tangan orang dewasa. Ditengah goa terdapat ruang yang cukup besar dengan lubang diatasnya sehingga sinar matahari dapat masuk melalui lubang tersebut. Bagian tersebut adalah yang disebut dengan zona terang. Lubang diatas goa ini seringkali digunakan sebagai jalan masuk vertikal oleh anggota tim sar yang hendak melakukan latihan. Goa pindul diresmikan sebagai objek wisata alam oleh almarhum Sumpeno Putro, Bupati Gunungkidul, pada tanggal 10 oktober 2010 bertepatan dengan fam tour pejabat kabupaten Gunungkidul.
Nama Goa Pindul sendiri berasal dari kisah perjalanan Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan yang dutus oleh Panembatan Senopati di Mataram untuk membunuh bayi laki-laki buah cinta putri Panembatan senopati yaitu Mangir Wonoboyo dari Mangiran (Bantul). Dalam perjalanannya, kedua abdi itu sepakat untuk tidak membunuh sang bayi, keduanya lalu pergi lalu pergi kearah timur (arah Gunungkidul) hingga tiba disuatu dusun didaerah karangmojo. Disana keduanya menggelar tikar dan alas tempat tidur bekas persalinan sang bayi kemudian menguburnya. Dusun tersebut dinamakan dusun Gelaran. Sementara itu sang bayi terus saja menangis, kedua utusan itu pun memutuskan untuk memandikan sang bayi. Ki Juru Mertani naik kesalah satu bukit dan menginjak tanah di puncak bukit, dengan kesaktiannya tanah yang diinjakpun runtuh dan mengangalah sebuah lubang besar dengan aliran air dibawahnya. Sang bayi kemudian dibawa turun dan dimandikan di dalam goa dilubang tadi. Saat dimandikan, pipi sang bayi terbentur (jawa : kebendhul) batu yang ada didalam. Karena peristiwa tersebut akhirnya goa itu dinamakan Goa Pindul.
2. Banyumoto
Banyumoto adalah sungai dalam goa yang merupakan kelanjutan dari Goa Pindul. Diantara mulut Goa Banyumoto dengan pintu keluar Goa pindul terdapat sebuah bendungan yang juga bernama Banyumoto. Banyumoto memberikan tantangan yang lebih pada pengunjung karena strukturnya yang lebih sukar dilewati dibandingkan Goa Pindul, misalnya jarak antara langit-langit goa dengan permukaan air yang sangat dekat sehingga jika berada didalam goa hanya kepala saja yang masih diudara, sementara seluruh tubuh terbenam hingga sebatas leher.
Nama Banyumoto memiliki sejarah yang juga berkaitan dengan pariwisata pembuangan cucu Panembahan Senopati. Konon, setelah dimandikan di Goa Pindul tangisan sang bayi tak juga berhenti. Air matanya terus bercucuran hingga kepintu keluar goa dan tempat itu pun kemudian dikenal dengan nama Banyumoto (Jawa: Banyu = Air, moto = Mata)
3. Kali Oyo
Dibalik hamparan persawahan disebelah utara Goa Pindul terdapat sebuah sungai yang eksotis bernama Kali Oyo. Sungai ini nampak sangat indah karena tebing-tebing batu yang unik. Kali Oyo dan Goa Pidul merupakan bagian dari bentang alam kars. Goa Pindul merupakan endokars, sedangkan Kali Oyo merupakan eksokars. Sungai yang melewati Desa Bejiharjo ini mempunyai stadia sungai dewasa, yang dicirikan erosi lateral yang sudah mulai berkembang dan lembah sungai berbentuk U. Batuan yang ada pada Kali Oyo adalah batu gamping yang berasal dari formasi Wonosari dan merupakan batu gamping berlapis yang mempunyai dip/arah kemiringan relatif kearah selatan dengan besar kemiringan relatif kecil. Batu gamping ini mengalami proses peralutan yang disebabkan oleh aliran air pada Kali Oyo dan proses tektonik yang menyebabkan terjadinya rekahan pada litologi batu gamping tersebut.
saat ini sungai ini telah dimanfaatkan sebagai area tube rafting. Dimusim penghujan, jalur untuk olahraga ini lebih panjang dari jalur kemarau dengan arah aliran relatif dari utara menuju selatan.
*kkn ppm ugm 2011
Disekertariat "Panca Wisata" kami menunggu kunjungan anda..!!